MAKALAH
TOTAL QUALITY MANAGEMENT LEMBAGA ZIS
Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah : Manajemen ZIS
Dosen
Pengampu : H. Ahmad Furqon, Lc.
M.Ag

Disusun Oleh:
Ainur
Rohmah 122411198
Khoirun
Ni’am 122411200
Ria
Ayu W. 122411206
Raindy Fibri C. 122411208
Datin
Umi Qulsum 122411212
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Manajemen kualitas total (Total Quality Management) adalah
sebuah pendekatan yang terkenal terhadap filosofi pengendalian
terdesentralisasi, upaya seluruh organisasi untuk menanamkan kualitas dalam
setiap aktivitas perusahaan lewat perkembangan yang berkelanjutan.
Gerakan kualitas di Jepang muncul sebagian sebagai hasil dari
pengaruh Amerika setelah perang dunia II. Ide W. Edward Dening, yang dikenal
sebagai “Bapak Gerakan Kualitas”, awalnya di tertawakan oleh Amerika, namun
Jepang memuji teori tersebut untuk membantu pembangunan kembali industri mereka
agar menjadi kekuatan dunia.
TQM menjadi menarik bagi para manajer AS pada tahun 1980-an
karena TQM diimplementasikan dengan sukses oleh perusahaan-perusahaan Jepang
yang memperoleh pangsa pasar dan reputasi internasional atas kualitas tinggi.
Sistem perusahaan Jepang didasarkan pada kerja para peneliti dan konsultan AS seperti Deming, Juran, dan
Feigenhaum . yang ide-idenya menarik para eksekutif AS setelah metode-metode
tersebut di uji di luar negeri.
Pada awalnya TQM memang hanya di gunakan oleh organisasi yang
berorientasi pada keuntungan, namun seiring berjalannya waktu, organisasi yang
memberikan pemberdayaan kepada masyarakat juga menggunakan sistem ini, seperti
sekolah, perpustakaan, dan lembaga pengelola ZIS.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian
Total Quality Management
2.
Unsur-unsur
dan teknik dalam Total Quality Management
3.
Penerapan
Total Quality Management dalam lembaga ZIS
III.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Total Quality Management
Total Quality Management
(manajemen kualitas total) merupakan komitmen seluruh organisasi untuk
menanamkan kualitas dalam setiap aktivitas lewat perkembangan yang
berkelanjutan.[1]
Total Quality Management juga dapat dikatakan sebagai sebuah konsep yang
memfokuskan pada pengelolaan organisasi secara keseluruhan untuk memberikan
kualitas kepada pelanggan.[2]
Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa yang di maksud dengan Total Quality
Management adalah suatu
pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas,
berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka
panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota
dalam organisasi serta masyarakat.[3]
Filosofi
Total Quality Management
berfokus pada kerjasama tim yang meningkatkan kepuasan pelanggan dan menurunkan
biaya. Organisasi-organisasi mengimplementasikan TQM dengan mendorong para
manajer dan karyawan untuk melakukan kolaborasi lintas fungsi dan departemen,
begitu pula dengan para pelanggan dan pemasok, guna mengidentifikasi area-area
perkembangan, tidak peduli seberapa kecil. Setiap perkembangan kualitas adalah
sebuah langkah menuju kesempurnaan, dan pencapaian tujuan akan tidak adanya
kerusakan. Pengendalian kualitas menjadi bagian bisnis sehari-hari setiap
karyawan, daripada ditugaskan untuk departemen-departemen khusus.
Implementasi manajemen
kualitas total yaitu dengan pengendalian umpan maju melibatkan para karyawan
untuk memikirkan pencegahan dan bukan penemuan masalah-masalah, serta membei
mereka tangung jawab dan kekuasaan untuk mengoreksi kesalahan, mengekpos
masalah, dan menyumbangkan solusi. Pengendalian yang berkesinambungan
melibatkan budaya organisasional dan komitmen
karyawan yang lebih menyukai kualitas total serta partisipasi karyawan.
Pengendalian umpan balik meliputi target-target keterlibatan karyawan dan tidak
adanya kerusakan.[4]
2.
Unsur-unsur dan teknik dalam Total
Quality Management
Terdapat
empat unsur/elemen dalam manajemen kualitas total, yaitu:
a.
Keterlibatan karyawan, berarti TQM
menuntut adanya partisipasi seluruh bagian perusahaan dalam kontrol kualitas.
b.
Fokus kepada pelanggan, peusahaan TQM
mencari tahu apa yang diinginkan pelanggan dan mencoba memenuhi kebutuhan dan
ekspetasi mereka.
c.
Penentuan acuan, merupakan proses
dimana perusahaan mencari tahu bagaimana
pihak lain mampu melakukan sesuatu yang lebih baik daripada yang dilakukannya
dan mencoba untuk meniru atau memperbaikinya.
d.
Perbaikan terus-menerus, merupakan
penerapan perbaikan kecil namun meningkat di segala bidang dalam organisai yang
dilakukan secara berkelanjutan.[5]
Dalam
implementasi manajemen kualitas total terdapat beberapa teknik yang dilibatkan,
antara lain:
a.
Lingkaran kualitas
Yaitu kelompok yang terdiri atas 6-12
karyawan yang bertemu secara rutin untuk mendiskusikan dan memecahkan masalah
yang mempengaruhi kualitas kerja mereka. Pada waktu yang telah ditentukan para
anggota lingkaran kualitas bertemu guna
mengidentifikasi masalah dan berusaha menemukan solusi. Anggota lingkaran
kualitas bebas mengumpulkan data dan melakukan survey. Alasan menggunakan
lingkaran kualitas adalah untuk mendorong pembuatan keputusan pada satu tingkat
organisasi yang rekomendasi-rekomendasi dapat dibuat oleh orang-orang yang
melakukan pekerjaan tersebutdan mengetahuinya dengan lebih baik daripada orang
lain.
b.
Acuan / menentukan tolok ukur
Acuan didefinisikan sebagai proses
pengukuran produk, layanan, dan praktik yang berlangsung terus menerus terhadap
kompetitor-kompetitor paling tangguh atau perusahaan-perusahaan yang diakui
sebagai sebagai pemimpin-pemimpin industri.
c.
Sigma
enam (six sigma)
Merupakan standart kualitas yang sangat
ambisius dalam tujuannya meminimalisir adanya kerusakan dan kesalahan, dimana
dalam pendekatan ini pengendalian kualitas yang menitikberatkan pengejaran
terus-menerus akan kualitas yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah.
d.
Waktu siklus yang dipersingkat
Dalam buku Quality Alone Is Not
Enough, para penulis merujuk pada waktu siklus sebagai “penggerak kemajuan”.
Penyederhanaan siklus-siklus kerja, termasuk menghilangkan hambatan-hambatan
antara langkah-langkah kerja dan di antara departemen dan penghapusan
langkah-langkah yang tidak berharga dalam proses tersebut, yang memungkinkan
berhasilnya program TQM.
e.
Perbaikan berkelanjutan
Merupakan
implementasi perbaikan dan peningkatan kecil dalam jumlah besar di seluruh bidang
dalam organisasi yang terjadi secara terus-menerus. Dalam program TQM yang
berhasil, semua karyawan belajar bahwa mereka diharapkan untuk memberikan konstribusi dengan memprakarsai
perubahan-perubahan dalam aktivitas-aktivitas pekerjaan mereka sendiri.
Filosofi yang mendasari adalah perbaikan sedikit demi sedikit yang dilakukan
secara terus-menerus mempunyai kemungkinan keberhasilan yang paling tinggi.[6]
3.
Penerapan Total Quality Management
dalam ZIS
Sebagaimana
yang tercantum dalam UU RI No.23 tahun 2011 pasal 7 ayat 2[7],
maka di perlukan adanya organisasi pengelola zakat yang mempunyai manajemen
profesional, salah satunya yaitu dengan penerapan manajemen kualitas total
dalam pengelolaan zakat.
Penerapan
Total Quality Mangement dalam lembaga zakat tidak dimaksudkan untuk mengubah
karakter amil dan organisasi pengelola zakat. OPZ akan tetap sebagai lembaga
yang berorientasi pada pelayanan sosial. Dalam hal ini sistem manajemen
kualitas total adalah sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
pengelola zakat dalam hal kebijakan mutu dan sasaran mutu.
Ada
beberapa manfaat penerapan manajemen kualitas total yang berkaitan dengan UU RI
No.23 Tahun 2011 pasal 2, antara lain:
1.
Pembinaan, pengembangan dan penyadaran
kewajiban berzakat demi meningkatkan kesejahteraan serta kualitas kehidupan
masyarakat.
2.
Memberikan pelayanan yang terbaik bagi
muzakki dan mustahik.
3.
Membuat program pemberdayaan yang
terencana dan berkesinambungan dalam meningkatkan taraf hidup mustahik dan
muzakki.
4.
Menyajikan data penerimaan dan
pendayagunaan zakat yang akurat karena didukung oleh amil yang menjalankan
amanah.
5.
Manajemen yang fokus terhadap pembinaan
dan pengembangan sumber daya manusia sebagai amil yang menjalankan amanah.
6.
Selalu mengedepankan keselamatan dan kesehatan
kerja bagi seluruh amil lembaga pengelola zakat.
Penerapan sistem manajemen kualitas
total dalam lembaga pengelola ZIS yaitu bertujuan agar pengelolaan zakat
berjalan secara profesional, amanah dan transparan melalui proses dan hasil
yang terukur.[8]
Dalam penerepan manajemen kualitas
total dalam penegelolaan zis, setidaknya lembaga pengelola zis mempunyai
beberapa prinsip yang harus diterapkan sebagi pendukung keberhasilan
pengelolaannya, yaitu:
1. Kepuasan
Kepuasan merupakan suatu kondisi dimana adanya
kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yang diterima. Kepuasan dalam
lembaga pengelolaan zis terkait kesesuaian antara misi utama zakat dengan
praktik di LPZ. LPZ memiliki 3 unsur yang saling berkaitan, yaitu:
a. Muzakki
Indikator
kepuasan muzakki antara lain:
·
Mendapatkan informasi yang mudah dari
LPZ
·
Dapat berkomunikasi secara mudah dengan
LPZ
·
Mengetahui program LPZ
·
Mengetahui akses tempat LPZ
·
Memiliki kartu anggota wajib zakat
·
Menerima laporan kegiatan LPZ
·
Adanya database muzakki
b. Pengelola (amil)
Kepuasan
amil sebagai pegawai lembaga pengelola zakat di pengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu:
·
Faktor hieginis sebagai faktor
ekstrinsik merupakan tingkat paling rendah, seperti balas jasa gaji dan upah,
kondisi kerja, kebijakan dan administrasi, kepastian pekerjaan, serta hubungan
sosial.
·
Faktor motivasi yang terkait dengan
psiologis yaitu faktor yang berhubungan dengan penghargaan pribadi karyawan,
seperti pengakuan terhadap prestasi, penghargaan, kemajuan, potensi diri, dan
penempatan kerja.
c. Mustahik
Indikator
keberdayaan/kepuasan mustahik adalah sebagai berikut:
·
Perubahan dari mustahik menjadi muzakki
·
Aanya perubahan ke arah yang lebih baik
·
Perasaan nyaman sehingga akidah kuat
·
Dapat keluar dari jeratan hutang
·
Tersedia bekal untuk melanjutkan
perjalanan
·
Kemudahan untuk mengakses bantuan LPZ
·
Mendapatkan kemudahan dalam pelayanan
·
Keluar dari kesulitan.
2. Daya tanggap LPZ
Daya tanggap yang cepat/responsif
merupakan keprofesionalan dalam manajemen. Lembaga pengelola zakat memberikan
respon yang cepat dalam pelayanan kepada mitra baik muzakki maupun mustahik.
Kecepatan respon yang diberikan akan memberikan kepuasan kepada mitra lembaga
pengelola zakat.
3. Manajemen berdasarkan fakta
Manajemen berdasarkan fakta artinya
manajemen LPZ memiliki data komprehensif yang diperoleh dari lapangan. Data
tersebut selanjutnya di olah sebagai dasar perencanaan, pengambilan keputusan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
4. Perbaikan berkesinambungan
Upaya perbaikan berkesinambungan dilakuan
LPZ sebagai cara untuk meningkatkan performa lembaga. Hal utama dari perbaikan
berkesinambungan yang menjadi fokus utama lembaga pengelola zakat adalah
pendayagunaan dana zakat sehingga dapat memberikan pengaruh dalam meningkatkan
kesejahteraan mustahik.[9]
IV.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan makalah ini mengenai total quality management dalam lembaga
pengelola ZIS maka dapat kita simpulkan bahwa yang di maksud dengan TQM adalah
sistem manajemen yang mengutamakan kualitas sebagai strategi dan berorientasi
pada kepuasan pelanggan, dengan melibatkan semua anggota organisasi.
Menurut Richard L. Daft dalam
bukunya Management, unsur TQM ada 3, yaitu:
1. Keterlibatan karyawan
2. Fokus terhadap pelanggan
3. Penentuan acuan
4. Perbaikan terus-menerus
Ada
beberapa manfaat penerapan TQM dalam lembaga zis, yaitu
a. Pembinaan
b. Memberikan pelayanan yang terbaik
c. Membuat program pemberdayaan
d. Menyajikan data penerimaan dan pendayagunaan zakat yang akurat
e. Manajemen yang fokus
f. Selalu mengedepankan keselamatan dan kesehatan kerja.
Selain itu, ada pula prinsip-prinsip
yang harus dimiliki oleh LPZ dalam menerapkan manajemen kualitas total, yaitu:
a. Kepuasan
b. Daya tanggap LPZ
c. Manajemen berdasarkan fakta
d. Perbaikan berkesinambungan
DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard L., Management (terj) buku 1, (Jakarta
: Salemba Empat, 2006).
Daft, Richard L., Management (terj) buku 2, (Jakarta
: Salemba Empat, 2006).
UU RI No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin (ketua umum
BAZNAZ), M.sc, Republika, senin, 25 April _____2011.
Bariyah, Nurul Oneng N., kontekstualisasi TQM
dalam lembaga pengelolaan zakat untuk _____pemberdayaan ekonomi masyarakat
(prinsip dan praktik), Jakarta: Disertasi UIN _____Syarif hidayatullah,
2010.
[1]
Richard L. Daft, Management
(terj) buku 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2006) Hlm.543
[2]
Richard L. Daft, Management (terj)
buku 1, (Jakarta : Salemba Empat, 2006) Hlm. 77
[4]
Richard L. Daft, Management
(terj) buku 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2006) Hlm.544
[5]
Richard L. Daft, Management
(terj) buku 1, (Jakarta : Salemba Empat, 2006) Hlm 77
[6]
Richard L. Daft, Management
(terj) buku 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2006) Hlm. 544-547
[7]
UU RI No.23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat
[8]
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin
(ketua umum BAZNAZ), M.sc, Republika, senin, 25 April 2011
[9] Bariyah, Nurul Oneng N., kontekstualisasi
TQM dalam lembaga pengelolaan zakat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat
(prinsip dan praktik), Jakarta: Disertasi UIN Syarif hidayatullah, 2010
Hlm.239-242